Rabu, 23 Februari 2011

Kesempatan Kerja dan Sumber Daya Manusia

Pendahuluan

Kesempatan kerja dan pengangguran, pada dasarnya merupakan masalah yang dihadapi oleh semua Negara, baik Negara berkembang (LDCs) maupun Negara industri maju (DCs). Walaupun intensitas masalah tersebut mungkin sekali berbeda antarnegara atau antara DCs dan LDCs karena adanya perbedaan pada faktor yang mempengaruhi, seperti laju pertumbuhan ekonomi, teknologi yang dipergunakan, dan kebijakan pemerintah. Demikian halnya dengan pendidikan dengan tenaga kerja atau sumber daya manusia.
Namun Negara berkembang seperti Indonesia, masalah ini rasanya lebih berat karena dihubungkan dengan masalah kemiskinan dan kesenjangan ekonomi. Oleh sebab itu di Indonesia, masalah kesempatan kerja seperti juga masalah kemiskinan dan kesenjangan tidak saja merupakan isu-isu ekonomi dan sosial, tetapi sudah menjadi isu politik.
Diharapkan, setelah membaca artikel ini, pembaca bisa mendapatkan suatu gambaran yang lebih jelas mengenai perkembangan kesempatan kerja di Indonesia selama ini dan faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.

Isi
·         Angkatan kerja, tenaga kerja, dan tingkat partisipasi tenaga kerja
Tenaga kerja adalah bagian dari penduduk, baik yang bekerja maupun mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk melakukan pekerjaan. Besarnya pertumbuhan angkatan kerja setiap tahun sangat tergantung pada besarnya pertumbuhan penduduk secara kumulatif setiap tahun.
Jumlah angkatan kerja di masa depan tidak hanya tergantung pada jumlah penduduk, tetapi juga dari proporsi penduduk yang sudah masuk usia kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja di dalam pasar tenaga kerja serta perubahannya setiap tahun.
Semakin banyaknya wanita masuk ke pasar tenaga kerja terutama disebabkan oleh tingkat pendidikannya yang semakin baik dan kesempatan kerja bagi kaum wanita semakin besar.terutama dalam sektor jasa di pemerintahan, perdagangan dan pelayanan umum, serta kegiatan agrobisnis merupakan sumber penting yang member kesempatan kerja besar terhadap angkatan kerja wanita.

·         Pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja
Pertumbuhan ekonomi pada periode 1980-an mempunyai dampak positif bagi peningkatan kesempatan kerja pada periode tersebutdi Indonesia.
1.    Pasar tenaga kerja di dalam model ekonomi makro
Kesempatan kerja dalam pengertiannya termasuk lapangan pekerjaan yang sudah diduduki dan masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut timbul kebutuhan tenaga kerja yang datang. Adanya kebutuhan tersebut, berarti ada kesempatan kerja bagi orang yang menganggur. Diantaranya yang paling utama adalah prospek usaha atau pertumbuhan output dari perusahaan yang meminta tenaga kerja, ongkos tenaga kerja atau gaji yang harus dibayar, dan harga dari faktor produksi lainnya.
2.    Progres teknologi, produktifitas, dan kesempatan kerja
Hubungan antara perubahan jumlah output dengan perubahan jumlah tenaga kerja yang bekerja sangat ditentukan oleh teknologi, selain oleh faktor lainnya, seperti tingkat pendidikan formal atau keterampilan tenaga kerja dan rasio harga faktor produksi. Hubungan tersebut sifatnya bisa proporsional, progresif, atau regresif. Proporsional, bila laju pertumbuhan output sama seperti laju pertumbuhan kesempatan kerja atau elastisitas output dari kesempatan kerja adalah satu. Progresif, bila elastisitas tersebut lebih besar daripada satu. Regresif, bila laju pertumbuhan kesempatan kerja lebih kecil daripada laju pertumbuhan output. Jadi, rasio pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan output ditentukan oleh sifat pertumbuhan output itu sendiri yang dipengaruhi oleh teknologi yang terkandung di dalamnya. Di Indonesia hal ini menjadi suatu masalah serius dalam memilih antara meningkatkan kesempatan kerja sepenuhnya, melihat kenyataan bahwa jumlah angkatan kerja di tanah air sangat banyak dan pertumbuhannya setiap tahun tinggi, atau meningkatkan kesempatan kerja yang produktif, melihat kenyataan bahwa pendapatan atau kesejahteraan tenaga kerja yang bekerja pada khususnya dan sebagian masyarakat pada umumnya masih rendah.

·         Sumber daya manusia
Saat ini , kehidupan manusia yang sudah jauh lebih modern daripada dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu, pendidikan tidak lagi hanya sebagai salah satu kebutuhan pokok untuk melakukan proses produksi ekonomi, tetapi sudah merupakan suatu basic human need bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhan utama lainnya. Pendidikan, sekarang juga harus dilihat sebagai suatu kegiatan atau sektor ekonomi yang memiliki kebutuhan akan input, proses produksi, dan menghasilkan suatu nilai tambah seperti halnya sektor ekonomi lainnya.
Dalam hal kontribusi pendidikan sebagai salah satu sektor ekonomi, diperlukan integrasi sepenuhnya antara sektor pendidikan dengan sektor lainnya agar mencapai suatu nilai tambah ekonomi yang tinggi dengan tingkat pengangguran serendah mungkin. Masalah ini bisa dilihat pada beberapa hal. Pertama, tingkat pengangguran baik yang terselubung maupun yang terbuka, masih tinggi. Kedua, banyak tenaga kerja yang tidak sesuai dengan keahlian mereka. Demikian juga diperkirakan bahwa selama Repelita VI ketidakseimbangan antara tenaga kerja yang dihasilkan oleh sistem pendidikan nasional dan yang dibutuhkan lapangan kerja tetap besar.
1.    Perubahan tingkat pendidikan
Keadaan pendidikan dari angkatan kerja Indonesia yang rendah ini menjadi salah satu penyebab utama rendahnya tingkat produktifitas tenaga kerja di Indonesia, khususnya di sektor informal, disbanding Negara tetangga, yang tingkat pendidikan tenaga kerjanya rata-rata di daerah perkotaan lebih tinggi dan laju pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan daerah pedesaan. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh dua faktor, yakni di daerah perkotaan fasilitas pelayanan pendidikan jauh lebih baik dan tingkat pendapatan riil rata-rata per kapita lebih tinggi daripada di daerah
2.    Faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat SDM
Salah satu penyebab utama tingkat pendidikan masyarakat rata-rata di Indonesia masih rendah adalah tingkat pendapatan atau faktor kemiskinan. Faktor lain dari sisi permintaan yang menyebabkan tingkat pendidikan rata-rata dari sebgaian besar masyarakat di Indonesia masih rendah, antara lain kurang motivasi atau kemauan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik (tinggi), kesehatan atau kondisi jasmani dan fisik yang tidak mengizinkan, serta kesempatan yang tidak ada yang disebabkan, selain orang tua tidak mampu membiayai, oleh peperangan, musibah, dan faktor-faktor sosial, agama, dan kultur.

Penutup

Artikel ini telah membahas dua isu penting yang erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, yakni kesempatan kerja dan tingkat pendidikan. Keterbatasan sektor manufaktur dan sektor formal lainnya di luar sektor pertanian dan sektorpertambangan untuk menampung perpindahan tenaga kerja tersebut, di satu pihak, dan tingkat pendidikan tenaga kerja rata-rata masih relative rendah, di lain pihak, menimbulkan jumlah pengangguran yang tinggi di Indonesia saat ini, khususnya setengah pengangguran.
Masalah pendidikan atau SDM sangat erat kaitannya dengan masalah kesempatan kerja dan produktifitas tenaga kerja yang juga masih relative rendah dibandingkan Negara-negara tetangga di Asia. Tidak saja tingkat pendidikan rata-rata sebagian besar angkatan kerja yang rendah akan mempersulit mereka untuk tidak bisa mendapatkan pekerjaan di sektor modern, seperti industri, bank dan keuangan, tetapi juga tingkat SDM masyarakat Indonesia secara keseluruhan yang masih relative rendah akan mempersulit perekonomian nasional untuk bisa menghadapi persaingan di dalam perekonomian dan perdagangan dunia yang akan semakin kuat, khususnya di dalam era globalosasi dan perdagangan bebas dunia.
Menghadapi masalah ini, sebaiknya pengembangan SDM di Indonesia harus mendapat prioritas utama dalam proses pembangunan nasional dan seharusnya dilakukan sebelum Repelita I dimulai, seperti yang dilakukan oleh Negara-negara Asia yang berhasil dalam pembangunannya, seperti Jepang, Taiwan, dan Singapura. Usaha pemerintah selama ini untuk menghilangkan pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan di tanah air tidak akan berhasil dengan baik tanpa mengubah kebijakan di sektor pendidikan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Perubahan ini juga terasa semakin diperlukan untuk menghadapi perubahan teknologi dan perdagangan dunia yang semakin cepat saat ini, terutama di masa yang akan datang. Perubahan ini perlu dilaksanakan secepatnya mengingat dampak perubahan sistem pendidikan, terutama terhadap peningkatan kualitas SDM, memerlukan waktu yang cukup lama, munglin satu generasi.   


Referensi :
Tambunan, Tulus T. H. “Perekonomian Indonesia”. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1996
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar